Advertisement
Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain ketika dihadang warga Dayak Sintang di Bandara Susilo. (Ist) |
MEJAHIJAU.NET, Pontianak - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Tengku Zulkarnain, gagal menginjakan kakinya di Bandara Susilo, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, karena mendapat penolakan warga Dayak setempat, Kamis, 12 Januari 2016.
Sejumlah orang yang diketahui adalah anggota Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sintang melakukan penolakan hingga ke depan pesawat Garuda yang menerbangkan Zulkarnain. Mereka sama sekali tidak mengijinkan Zulkarnaen menginjakan kakinya di bumi Dayak tersebut.
Diantara mereka yang menghadang Zulkarnain ada yang mengenakan pakaian adat Dayak lengkap dengan mandau, senjata tajam khas Dayak. Ada pula yang membentangkan poster penolakan dan melakukan orasi menuntut pembubaran Front Pembela Islam (FPI) dan ormas antiPancasila dan UUD 45.
"Penolakan tersebut bersifat spontan," kata Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Adat Dayak Nasional Yakobus Kumis, di Bandara Susilo, Kamis (12/1).
Yakobus menuturkan, semula para anggota DAD hendak menjemput Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Cornelis, yang juga Ketua Umum Dewan Adat Dayak Kalbar, dan Gubernur Kalbar, yang akan melantik kepengurusan DAD Kabupaten Sintang di Gedung Pancasila, Kelurahan Alai, Kecamatan Sintang, menuju Bandara Susilo.
Saat para anggota DAD menunggu kedatangan Cornelis di bandara, mereka mendengar kabar bahwa Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain beserta rombongan akan segera mendarat menggunakan maskapai Garuda.
Rupanya figur Zulkarnain tidak disukai warga Dayak, khususnya warga Dayak Sintang, karena Zulkarnain pernah mengatakan bahwa orang Dayak adalah kafir, tidak pantas masuk surga, dan lebih hina daripada bintang.
Maka secara spontan warga Dayak Sintang melakukan penghadangan, dan melarang Zulkarnain menginjakan kakinya di bandara.
Akibat penghadangan tersebut, terpaksa Zulkarnain dan rombongan tidak bisa turun dari pesawat, dan terbang kembali menuju Pontianak, setelah para penumpang lainya turun.
.gha